Tuesday, February 27, 2007

Foto Bareng Idola





Siapa sih yang tak mau foto bareng Idola?

Sebagai seorang fanatik, tentu saya berusaha berfoto bareng idola. Duh, senangnya!

Ini baru sebagian. Yang lain akan menyusul setelah Playlist nya ditaruh di multiply.

So, wait............

Saturday, February 24, 2007

Kapan Sekolah Kami Lebih Baik Dari Kandang Ayam

Puisi yang bikin JK marah......


 


KAPAN SEKOLAH KAMI LEBIH BAIK DARI KANDANG AYAM


 


oleh Prof. Winarno Surahman




"Tanpa sebuah kepalsuan,


guru artinya ibadah.
Tanpa sebuah kemunafikan,


Semua guru berikrar mengabdi kemanusiaan.
Tetapi dunianya ternyata tuli. Setuli batu.
Tidak berhati.

Otonominya, kompetensinya, profesinya
hanya sepuhan pembungkus rasa getir,"

"Bolehkan kami bertanya,
apakah artinya bertugas mulia
ketika kami hanya terpinggirkan
tanpa ditanya, tanpa disapa?
Kapan sekolah kami lebih baik dari kandang ayam?
Kapan pengetahuan kami bukan ilmu kadaluarsa?
Mungkinkah berharap yang terbaik dalam kondisi yang terburuk?"

"Ketika semua orang menangis,
kenapa kami harus tetap tertawa?
Kenapa ketika orang kekenyangan,
kami harus tetap kelaparan?
Bolehkah kami bermimpi di dengar
ketika berbicara?
Dihargai layaknya manusia?
Tidak dihalau ketika bertanya?
Tidak mungkin berharap
dalam kondisi terburuk,"

"Sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah.
Terbaca torehan darah kering:Di sini berbaring seorang guru
semampu membaca buku usang sambil belajar menahan lapar.
Hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan tua sejuta guru tua yang terlupakan oleh sejarah,"

A Message To Educators

A MESSAGE TO EDUCATORS


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


(pesan bagi para pendidik)


 


  


 


If a child lives with criticism, he learns to condemn.


(Bila anak hidup dalam kritik, ia belajar untuk mencela)


 


If a child lives with hostility, he learns to fight.


(Bila anak hidup dalam permusuhan, ia belajar untuk menentang)


 


If a child lives with ridicule, he learns to be shy.


(Bila anak hidup dalam ejekan, ia belajar menjadi pemalu)


 


If a child lives with tolerance, he learns to be patient.


(Bila anak hidup dalam toleransi, ia belajar bersabar)


 


If a child lives with encouragement, he learns confidence.


(Bila anak hidup dengan dorongan, ia belajar percaya diri)


 


If a child lives with praise, he learns to appreciate.


(Bila anak hidup dengan pujian, ia belajar untuk menghargai)


 


If a child lives with fairness, he learns justice.


(Bila anak diperlakukan secara adil, ia belajar tentang keadilan)


 


If a child lives with approval, he learns to like himself.


(Bila anak dihargai, ia belajar mencintai dirinya sendiri)


 


If a child lives with security, he learns to have faith.


(Bila anak hidup merasa aman, ia belajar untuk percaya)


 


If a child lives with acceptance and friendship,


he learns to find love in the world.


(Bila anak merasa diterima dalam hidup dan persahabatan,


ia belajar menemukan kasih dalam dunia)


 


 


- Dorothy Low Nolte –

Satu Celana Berdua

Satu Celana Berdua


 


untuk Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto


 


Dua anak jalanan bertemu di bawah jembatan


di malam hujan. Setelah berkenalan, berbagi dingin


dan lapar, mereka tidur berdua dalam satu celana.


 


Suatu hari mereka berpisah juga, mencari jalan hidup


sendiri-sendiri. Siapa sangka mereka akan jadi bintang.


Mereka berjumpa kembali di atas panggung,


sekian tahun kemudian. Yang satu pandai menirukan


suara bermacam-macam orang, yang lain pintar


memainkan beragam bunyi dan bunyi-bunyian.


 


Sejak itu kami sering berburu bunyi dan berburu suara


bersama. Bila kami bertemu pengamen kecil di bawah


jembatan, kami suka bersitegang. “Dia mirip kamu,”


kata saya. Dia balik menuding: “Kamu yang mirip dia.”


 


Kami sendiri masih merasa seperti gelandangan kecil

yang berkeliaran di jalanan, mengamen siang malam,


untuk mencari tahu siapa ibubunyi dan ibusuara


yang telah mempertemukan kami di sebuah celana.


 


 


(Joko Pinurbo, 2004)


 


 


note: puisi ini dibuat oleh Joko Pinurbo sebagai persembahan kepada terhadap Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto yang dikaguminya


 

Thursday, February 22, 2007

Yogya Thypoon




Yogya yang dulu terkenal adem ayem, dalam kurun waktu kurang dari satu tahun menjadi amuk alam sebanyak 2X (yang menimbulkan korban jiwa)

biarlah orang menduga apa yang sedang terjadi, namun marilah kita menjadi ramah kepada alam, sesama dan penguasa jagat raya.....

Tuhan tak pernah menghukum. Fenomena alam memang selalu berulang. Namun, jika kita ramah pada alam, alam pun bersahabat dengan kita....

Semoga.......

Lumpur Lapindo




ketika di Yogya terjadi gempa, di belahan lain di jawa timur, terjadi pula bencana lain. Kemunculan lumpur yang awalnya cuma sedikit, tak disangka melebar dan menjadi bencana pula.....

apa pun bencana itu, rakyat jelata tetap tak berdaya.......

foto-foto ini saya ambil ketika melewati lokasi di sana.

tambahan foto-foto ini saya dapatkan bbrp hari yang lalu waktu pulang kampung untuk berlibur......

Yogya Earthquake




Mengapa Bencana akrab dengan kita?

Pagi itu, saya masih tertidur. Saya bermimpi ada pesawat lewat di atas saya dengan suara gemuruh yang luar biasa. Menjadi tak biasa, ketika tubuh saya ikut bergoncang. Saya terbangun dan tembok di kamar pun bergoyang.

Tanpa pikir panjang, saya langsung ke luar rumah karena saya tau itu gempa. Sampai di luar, saya tak melihat anak sulung kami. Saya langsung masuk rumah lagi dan menggendong anak sulung yang sedang bersolek karena akan berangkat ke sekolah dan berlari sambil merasakan berat badan anak saya yang lumayan.

Gempa 27 Mei 2006 tak mungkin terlupa dalam hidup saya. Baru kali ini saya merasakan betapa hebatnya gempa.

Bersyukur karena tak terjadi apa pun pada rumah kami. Namun, ternyata rasa syukur itu serasa tak adil, karena saudara-saudara di tempat lain menjadi korban hebatnya gempa ini. Dalam sekejap, mereka tak lagi punya apa-apa.

Foto-foto ini sebagian besar saya ambil sendiri namun ada yang pemberian teman.

Semoga foto ini selalu mengingatkan betapa kita ini bukan apa-apa. Alam dan Tuhan lebih berkuasa daripada kita..........

Balada Tukijo

 


Opo sebabé Tukijo yen nonton sorot (filem) mesthi cah 18?


Sebab kanggo 17 keatas


 


+ Dodol TV berwarna?


- Wonten


+ Tumbas sing ijo, nggih


 


Tukijo ngisi formulir lamaran pagawéyan. Kabeh diisèni, Jeneng, umur, alamat, lsp


Banjur tekan kolom Gaji?


Tukijo gojag gajeg; ora yaqin,


Banjur ngisèni : " Enggih "


 


+ Sing meling2 kuwi opo ? "


- Niki Thermos


+ Kanggo opo ?


- Kagem nyimpen asrep lan bentèr


+ Tumbas setunggil


Tekan kantor ditakoni juragané


+ Kuwi tuku opo ?


- Thermos


+ Tok isèni opo ?


+ Kopi bentèr kalian ès krim


 


Saben rampung foto kopy, Tukijo mrikso tlesih


Antarané sing asli karo foto kopi Mbok menowo ono ejaan sing klèru


 


Angger ono thathit Tukijo mesthi mesam mèsem


Sebab, rumangsané lagi dipotret


 


Opo sebabé Tukijo ora bisa telpun 911 ?


Sebab telpune ora ono ongko sewelas!


 


Tukijo diajari, yèn ono pitakon dikon mijèt F1 (help)


Bola bali diothak athik nganti judeg, ora biso2


Suwé2 Tukijo gregeten banjur ngundang Teknisi Komputer


Pripun niki, wong empun kulo pencat pencèt nganti keju mboten onten sing teko2


 


Tukijo mriksakké kupingé sing abing2, kiwo lan tengené


+ Keno opo kupingmu ?


- Pas setriko, Paiman telpun. Rekané mendhet telpun klentu setrikan !


+ Lha, sing siji kok yo abing ?


- Lha niku, Paiman pancen trèmbèlanipun .... telpun malih ...


 


Tukijo didhawuhi boss-é nakokké bedane wektu Jkt karo Tokyo


Tukijo telpun Paiman sing lagi ono Tokyo nganggo TelkomGlobal


+ Man, bedané jam Jkt karo Tokyo piro ?


- Sik, sedhélo ....


Telpun gagé2 ditutup lan karo gembèlèngan Tukijo matur karo boss-é


+ Bèntenipun jam Jkt kaliyan Tokyo namung sekedhap....


 


Sakwisé ngrampungake jigsaw puzzle, karo mbagusi Tukijo umuk


+ Gilo2, aku biso ngrampungké puzzle limang sasi


- Halah, kok suwi nemen ?


+ Lho, delengen iki kothaké ono tulisané " kanggo 4-5 tahun "


 


 


source: unknown

Obat Ngentutan

 


Yuk Jah lungo perikso nang dokter.
"Opoko sampeyan ning?'' Jare doktere.
Yuk Jah terus cerito,


"Iki lho dok, wis sak wulan iki aku malih ngentutan. Sak jam isok ping sepuluh aku ngentut. Cumak untunge, entutku iku gak mambu ambek gak onok suorone, dhadhi gak onok sing ngerti. Lha iki pas aku longgo ndhik ngarepe sampeyan ae wis ping telu aku ngentut. Tapi sampeyan gak ngerti tho, mergo iku mau, entutku gak muni ambek gak mambu. Cumak aku malih gak enak dhewe, mosok arek wedhok ngentutan ".
"Oh, ngono tah.. Lek ngono tebusen resep iki. Seminggu maneh mbaliko rene maneh" jare doktere.
Pas wis seminggu yuk Jah mbalik maneh nang doktere.
"Wis enakan tah ?" takok doktere.
"Aku gak ngert i obat opo sing dokter kekno wingi, cumak entutku saiki kok ambune malih bosok gak karuan. Sampek kudhu nggeblak aku. Tapi untunge entutku sik tetep gak muni", jare yuk Jah.
"Berarti saiki irung sampeyan wis gak buntu maneh. Saiki tebusen resep iki yo" jare doktere.
"Obat opo maneh iku pak dokter ?" takok yuk Jah.
"Obat kopok.."


 


 


source: unknown


 

Ngumbah Kucing

 


Wonokairun tuku rinso ndhik tokone Bunali.
“Mbah, kok dengaren sampeyan umbah-umbah dhewe?” takok Bunali.
“Aku katene ngumbah kucing” jare Wonokairun.
“Gak salah tah Mbah.” Bunali bingung.
“Iyo soale kucingku akeh tumane.” Jare Wonokairun.
“Wah yo isok mati kucing sampeyan Mbah” Bunali ngilingno.
“Lho koncoku wingi ngono, yo gak opo-opo” jare Wonokairun.
Mari mbayar, Wonokairun mulih katene ngumbah kucinge.
Sisuke, Wonokairun teko maneh ndhik tokone Bunali kate tuku rokok.
“Yok opo kucing sampeyan Mbah?” takok Bunali.
“Kucingku mati,“ jare Wonokairun.
“Lho lak temen tah. Sampeyan iku tak kandhani gak percoyo. Laopo kucing atik diumbah ambek rinso, wong onok obat tumo” jare Bunali nyeneni.
“Kucingku mati gak mergo rinso” jare Wonokairun njelasno.
“Opoko lho ??” Bunali gak sabar.
“Tak peres . . . .”


 


source: unknown


 

Nostalgia

 


Pas wayahe bulan purnama, Muntiyadi ngejak Romlah ngelencer nostalgia numpak bronpit.
Mari ngono, arek loro iku tekan mburine pabrik paku.
"Dik, yok opo lek awake dhewe mbaleni lakon limang tau kepungkur pas pacaran biyen?" jare Muntiyadi.
"Iyo cak, setuju." jare Romlah.

Mari ngono, Romlah dilungguhno ndhik pager wesi mburine pabrik paku iku. Terus ambek Muntiyadi, Romlah dijak indehoi koyok jamane pas pacaran biyen. Moro-moro, Romlah lunjak-lunjak ambek awake horeg kabeh. Ndelok bojone giras ngono, Muntiyadi tambah semuangat. Wis oleh rong ronde, akhire arek loro iku nggeblak ceblok ndhik suket.
"Waduh dik, awakmu kok cik girase " jare Muntiyadi.
"Iyo cak, limang taun kepungkur, pager wesine gak onok setrume. ."

source: unknown

Lebih canggih dari katu debit ATM



Ada pemuda merantau ke Jakarta kemuadian pulang kampung dengan membawa kartu ATM dengan bangganya kartu tersebut ditunjukan pada ibunya dibilang:
Anak : "Bu.. bu .. kartu ini apabila saya masukan ke mesin ATM lalu aku tekan-tekan bisa keluar duit!!"
Ibu : "Alah .. tidak heran.."
Anak : "Emang ibu udah tahu kartu semacam ini?"
Ibu : "Lihat aja sendiri.. bapakmu masuki urat keluar kamu!!"
Anak : "??!!!"


source: unknown


 

Suami Meninggal

 


Sebagai sahabat yang baik, Bu Rani berusaha menghibur Bu Ratna yang masih sedih karena suaminya meninggal dunia.

Bu Rani   : "Sudahlah jangan menangis terus. Tabahkan hatimu."
Bu Ratna : "Gimana nggak sedih? Dia meninggal ketika saya sudah tua dan keriput! Coba, siapa sekarang yang mau menikah sama saya?"


source: unknown


 

Wednesday, February 21, 2007

Survey Celana Dalam

 


Suatu hari di Tanah Abang, dua pedagang pakaian dalam wanita sedang berbincang-bincang soal sulitnya dagang akibat krisis moneter, ketika pedagang pertama mencetuskan pendapatnya:


 


"Dagangan tidak laku bukan cuma salah krismon, tapi penyebab terbesar  karena 9 dari 10 cewek Jakarta nggak pakai celana dalam!!"


 


"Ah kau ini menyebar issue tidak bertanggung jawab... Apa faktanya?"


 


"Mari kita buktikan"


 


Dan pedagang pertama mengambilnya dagangannya dan mereka pergi ke depan mulut pasar kemudian mengasongkan dagangannya sambil menawarkan:


 


"Bu, pakai celana, bu?" ............. "Enggak ah, lain kali aja..."


 


"Pakai celananya Mbak?" ............. "Enggak lah yaauw !!!..."


 


"Neng, pakai celana?" ............... "Enggak deh....."


 


"Pakai celana, Tante?"............... "Enggak, kan kemarin udah?"


 


"Adik, pakai celana ya?.............. "Enggak usyah yaaa"


 


 Dengan yakin pedagang pertama menirukan Sonny Tulung....


 


 "Tuh kan....Survey membuktikan ... tetot!!!!!"


 


 


source: unknown

Bleki disuruh masuk gara-gara kentut

 


Sabtu sore Joni datang kerumah Jeni, pacarnya. Setelah menengok sana menengok sini, maka diketuklah pintu rumah Jeni. Yang keluar Ibu Jeni dan mempersilahkan Joni masuk. Kebetulan Jeni lagi mandi sehingga si Ibu yang menemanin ngobrol.


Eh... sialnya... Joni tiba² perutnya sakit/kembung, mungkin masuk angin kali... yaa, tanpa sengaja buang angin... "tuut..." wah...
Joni malu banget mukanya merah, Ibu Jeni langsung berkata, "Bleki masuk...!"


Nach kebetulan anjing si Jeni lagi tiduran dibawah kursi Joni maka dalam hati Joni. Ibu Jeni mengira anjing itu yang buang angin. Amaan... pikirnya.


Mengobrol lagi dan tidak beberapa lama, "tuuut...!" waah mungkin sekarang gue ketahuan nich... tapi, "Bleki... masuk..!!" kata Ibu Jeni.


Nah untung ada anjing itu, Ibu Jeni pasti tidak akan tahu. Nach mengobrol dilanjutkan tiba², "tuuuuuuut...", besar banget.


Eh... ternyata Joni sengaja karena pikirnya mumpung anjing itu yang dituduh, dan, "Bleki...!!! Masuk...!!! Kalau kau tinggal disitu nanti kau diberaki!"


 


source: unknown

Belajar Bahasa Indonesia

 


Kelas yang tadi ribut-ribut tanpa guru, kini menjadi sunyi. Guru Bahasa Indonesia yang paling ditakuti dan disegani oleh semua murid telah masuk ke dalam kelas. Wajahnya garang seperti harimau kelaparan.


Murid-murid: Selamat pagi, Bu Guru!


Bu Guru (dengan suara melengking): Mengapa bilang selamat pagi saja?


Kalau begitu siang, sore dan malam kalian mendoakan saya tidak selamat ya?


Murid-murid: Selamat pagi, siang dan sore Bu Guru.....


Bu guru: Kenapa panjang sekali? Tidak pernah orang mengucapkan selamat seperti itu! Katakan saja selamat sejahtera, bukankah lebih bagus didengar dan penuh makna? Lagipula ucapan ini meliputi semua masa dan keadaan.


Murid-murid: Selamat sejahtera Bu Guru!


Bu guru: Sama-sama, duduk! Dengar sini baik-baik. Hari ini Bu Guru mau menguji kalian semua tentang perlawanan kata atau antonim kata. Kalau Bu Guru sebutkan perkataannya, kamu semua harus cepat menjawabnya dengan lawan katanya, mengerti?


Murid-murid: Mengerti Bu Guru...


Guru: Pandai!


Murid-murid: Bodoh!


Guru: Tinggi!


Murid-murid: Rendah!


Guru: Jauh!


Murid-murid: Dekat!


Guru: Berjaya!


Murid-murid: Menang!


Guru: Salah itu!


Murid-murid: Betul ini!


Guru (geram): Bodoh!


Murid-murid: Pandai!


Guru: Bukan!


Murid-murid: Ya!


Guru (mulai pusing): Oh Tuhan!


Murid-murid: Ya Hamba!


Guru: Dengar ini...


Murid-murid: Bicara itu...


Guru: Diam!!!!!


Murid-murid: Ribut!!!!!


Guru: Itu bukan pertanyaan, bodoh!!!


Murid-murid: Ini adalah jawaban, pandai!!!


Guru: Mati aku!


Murid-murid: Hidup kami!


Guru: Saya rotan baru tau rasa!!


Murid-murid: Kita akar lama tak tau rasa!!


Guru: Malas aku ngajar kalian!


Murid-murid: Rajin kami belajar bu guru...


Guru: Kalian gila semua!!!


Murid-murid: Kami waras sebagian!!!


Guru: Cukup! Cukup!


Murid-murid: Kurang! Kurang!


Guru: Sudah! Sudah!


Murid-murid: Belum! Belum!


Guru: Mengapa kamu semua bodoh sekali?


Murid-murid: Sebab saya seorang pandai!


Guru: Oh! Melawan, ya??!!


Murid-murid: Oh! Mengalah, tidak??!!


Guru: Kurang ajar!


Murid-murid: Cukup ajar!


Guru: Habis aku!


Murid-murid: Kekal kamu!


Guru (putus asa): O.K. Pelajaran sudah habis!


Murid-murid: K.O. Pelajaran belum mulai!


Guru: Sudah, bodoh!


Murid-murid: Belum, pandai!


Guru: Berdiri!


Murid-murid: Duduk!


Guru: Bego kalian ini!


Murid-murid: Cerdik kami itu!


Guru: Rusak!


Murid-murid: Baik!


Guru (stres): Kamu semua ditahan siang hari ini!!!


Murid-murid: Dilepaskan tengah malam itu!!!


Bu Guru mukanya merah padam dan tanpa bicara lagi mengambil  buku-bukunya dan keluar ruangan


 


 


source: unknown


 

Tuesday, February 20, 2007

a matter of interpretation…

 


When I take a long time, I am slow.


When my boss takes a long time, he is thorough.


When I don't do it, I am lazy.


When my boss doesn't do it, he is too busy.


When I do something without being told, I am trying to be smart.


When my boss does the same, that is initiative.


When I please my boss, I am ass-kissing.


When my boss pleases his boss, he is co-operating.


When I do good, my boss never remembers.


When I do wrong, he never forgets.


 


source: unknown

MAKNA WAKTU

Untuk menyadari makna dari 1 tahun,


           bertanyalah pada murid yang tidak naik kelas


Untuk menyadari makna dari 1 bulan,


           bertanyalah pada ibu yang melahirkan anak prematur


Untuk menyadari makna dari 1 minggu,


           bertanyalah pada editor majalah mingguan


Untuk menyadari makna dari 1 hari,


           bertanyalah pada pekerja harian yang punya 6 anak


Untuk menyadari makna dari 1 jam,


           bertanyalah pada pacar yang menunggu kekasihnya


Untuk menyadari makna dari 1 menit,


           bertanyalah pada penumpang yang ketinggalan kereta


Untuk menyadari makna dari 1 detik,


           bertanyalah pada orang yang lolos dari kecelakaan


Untuk menyadari makna dari 1 milidetik,


           bertanyalah pada pemenang medali perak Olympiade


 


 


SAMVEGA TRAINING, Klaten

Sunday, February 18, 2007

Ibuku

Ibuku


 


Ibu suka membacakan buku untuk menghantar tidurku.


Aku terbuai mendengarkan ibu dan buku, mendengarkan


ibuku, sambil membayangkan dan bertanya ini itu.


Aku pun terlelap dalam mimpi, terbang ke tempat-tempat


yang belum kukenali. Ketika bangun, kurasakan basah


di celana. Wah, beta telah ngompol dalam dekapan bunda.


 


Bila aku pamit sekolah, ibu tak pernah bilang jangan nakal


dan bodoh, jangan membantah guru dan menyanggah buku.


Ibu hanya mengecup jidatku: Buka hidupmu dengan buku.


 


Pada saatnya beta harus meninggalkan bunda sebab tak bisa


selamanya menyusu pada ibu. Aku harus mencari susu baru.


Sambil menahan airmata, ibu memeluk dan menciumku:


Pergilah. Terbanglah. Aku pun terbang bersayapkan buku


ke antah-berantah yang bagiku sendiri masih entah.


 


Ketika suatu saat aku pulang ke rumah ibu,


ibu sudah menjadi buku yang tersimpan manis di rak buku.


 


(Joko Pinurbo, 2003)