Monday, March 31, 2008

[tanya] komputer ngadat lagi

 

Dear prens,

Setelah mendapat masukan dari bbrp mp-ers, kemarin hard disk saya diformat ulang, install ulang windows xp. Data yang sudah di back up, di copy lagi ke hard disk yang sudah diformat ulang tadi.

Setelah install beberapa program yang biasanya saya pakai, computer nampak ok saja. Ketika install Nokia PC Suite sebagai program terakhir yang akan saya install, ternyata gak mau. Installasi tidak berlanjut. Masuk ke Control Panel, hanya icon "Fonts" yang bisa di click. Lainnya, seperti "System", "Add/Remove Programs", "Folder Options", dan lain-lainnya, tak bisa di click.

Tanya:

1. Kira-kira apa ya yang rusak?

2. Apakah data yang saya masukkan lagi ke hard disk itu mengandung virus?

3. Virus apakah yang begitu ganas sehingga gak bisa install dan membuat komponen yang ada di Control Panel tak mau di click?

4. Kalo bener ada virusnya, anti virus apa yang paling joss untuk memberantas virus beginian?

 

Makasih atas pencerahannya.........

Friday, March 28, 2008

Cara Minum Susu Yang Benar

 

Dagelan ini saya dapatkan ketika perpisahan kelas jaman kuliah dulu. Setelah membaca posting teman mp di sini, saya jadi ingin membagikan dagelan ini.

Bagaimanakah cara minum susu yang benar?

0 - 2 tahun: Air Susu Ibu

2 - 10 tahun: Susu Kaleng

10 - 17 tahun: Susu Kental Manis

17 - 50 tahun: Susu Kenyal Amis

50 tahun ke atas: hati-hati, susu expired!!!

 

Status: Jomblo, Pekerjaan: Bapak Rumah Tangga

 

Hari ini, jam 12 siang, ngantar istri ke airport Adisucipto untuk menuju ke Jakarta. Istri akan di Jakarta sampai tgl 30, kemudian berangkat ke Nyuyork. Istri akan berada di Nyuyork sampai tanggal 8 April. Tanggal 10 Sudah berada lagi di Yorkyakarta. Antara Yorkyakarta dan Nyuyork, beda-beda tipis lah.......

Kalau dihitung, total 14 hari saya berstatus jomblo dan punya pekerjaan Bapak Rumah Tangga karena harus bangun lebih pagi, masak untuk sarapan anak sekolah, dan menjemput anak pulang sekolah......


Tuesday, March 25, 2008

Jet Lag

 

Kemarin pagi mendarat lagi di Yogya sepulang dari kampuang nan jauh di mato. Memang usia tak bisa berdusta. Duluuuuuuuuuuu, jaman kuliah, begitu tiba, langsung beraktivitas (kuliah) pun bisa. Kali ini, badan rasanya harus istirahat dulu......

setelah mandi pergi ke kampus untuk menghadiri workshop yang pembicaranya seorang wartawan koran nasional terbesar. I had to be there because I was the provokator of the workshop.

Setelah pulang dari workshop, maunya istirahat bentar karena jam 3 ngajar. Tapi, karena sudah balung tuwo (uzur), rasanya gak mampu bangun. Akhirnya, sms berbicara "maaf hari ini tidak les. Saya capeeeeekkkkkk"

Koq judul postingnya "Jet Lag" sih??? Biar keren gitu lho. Mosok jet lag hanya diperuntukkan bagi yang bepergian ke luar negeri karena mengalami perbedaan siang malam yang ekstrim??? Kita juga boleh donk.

Mana cerita lainnya? Menyusul besok. Ini kutipannya saja: "Dalam perjalanan pulang, mobil yang kami tumpangi sempat terjebak macet di sebuah desa." Dilanjut besok aja lah karena saya masih jet lag........

 

Tuesday, March 18, 2008

libur dulu...

besok selasa sore (18 maret) menuju surabaya

nginap di surabaya.........

19 maret, ....... seharian main di surabaya (anak ngajak ke waterpark)

20 maret, ....... pulang ke jember untuk sembayang di kuburan besok harinya......

selama di jember...... gak OL.

tanggal 25 di yogya lagi...... sudah OL deh........

Friday, March 14, 2008

{tontonan} - Di Belakang Pentas Sidang Susila





Buat saya, pementasan Sidang Susila oleh Teater Gandrik, mungkin bukan lakon yang paling gila yang pernah dipentaskan. Tapi, saya sangat berkesan sekali menonton yang satu ini. Konteks ceritanya yang sangat “nyambung” dengan carut marutnya tatanan politik, hukum serta tingkah laku para pejabat negara, baik legislatif, yudikatif maupun eksekutif pada saat ini, benar-benar semakin menyadarkan saya bahwa kita memang sedang tinggal di negara yang “sakit”. Kapan negara kita akan sembuh? Selama negara ini diduduki oleh kaum yang sok moralis dan korup, harapan kita seperti lakon Waiting For Godots saja. Menunggu makhluk yang tak jelas.

Pada malam pertama pertunjukan, saya langsung menuju ke belakang panggung setelah usai pementasan untuk menyalami para tokoh di balik cerita ini. Pada malam kedua, saya kembali ke tempat pementasan. Tujuan saya adalah mengambil (membeli) DVD pementasan monolog Butet Kartaredjasa via anaknya. Setelah itu, dengan nepotisme yang saya miliki, saya bisa menerobos pagar pemeriksaan karcis dan bertemu para tokoh cerita ini, yang sangat akrab menyambut saya serta bergurau sebentar dengan mereka. Saya mengambil beberapa foto sebelum mereka pentas.

Silahkan dinikmati……………….

Wednesday, March 12, 2008

Mencari Alasan - bukan lagunya Exists

 

Sejak terjadi pembatasan upload di mp dan punya kesibukan mencari kaset bekas (baik untuk diri sendiri maupun titipan teman-teman), saya jadi malas upload lagu. Saya lebih banyak posting tulisan, upload foto (terutama foto kaset bekas), dan reply-reply posting teman.

Saya berkhayal, seandainya saya serajin mbak Wi yang masih aja terus upload lagu meskipun jumlah sekali upload dibatasi, tentu akan lebih banyak mp-ers yang mengundang saya menjadi contact-nya.

Sayangnya, meskipun ada yang mengundang saya, saya juga malas "asep" invitationnya soalnya, ketika dilihat, kosong, tanpa headshot, selera musik dan guyonannya tak senada seirama.

malas upload lagu, malas "asep" invitation sepertinya Mencari Alasan ya? Tapi, Mencari Alasan yang ini adalah judul tulisan gua, bukan lagunya Exists.

Saturday, March 8, 2008

{tontonan} Sidang Susila – Tokoh di Republik Yang Sok (a)Susila

 

Tiba saatnya bagi saya nonton pementasan teater Sidang Susila oleh Teater Gandrik yang sudah saya post sebelumnya. Foto-foto yang saya ambil sangat tidak memuaskan karena saya kurang cepat hadir di tempat pertunjukan hanya karena sok tau, mengira pertunjukan diadakan di Gedung Purna Budaya, tetapi ternyata di Gedung Societet.

Jadi, untuk menikmati fotonya, silahkan menuju ke multiply rekan saya, mas Begawan Kodir, yang sudah terlebih dahulu menonton pertunjukan ini di Jakarta.

Sinopsis bisa dibaca di blog saya yang lain atau di multiply mas Begawan Kodir sambil lihat-lihat fotonya.

Di tulisan ini, saya hanya ingin menyampaikan apa yang bisa saya terjemahkan dari Sidang Susila.

Tokoh-tokoh dalam lakon ini buat saya sungguh menarik untuk diinterpretasikan:
Pak Hakim (Heru Kesowo Murti) yang berdandan ala Opa Irama di acara yang telah almarhum, “news dot com” serta berpakaian ala putih; Kepala Keamanan (Jaduk Ferianto), yang berpakaian prajurit dengan kostum full biru; Ibu Jaksa (Whani Dharmawan) yang berpakaian merah; Ibu Pembela (Butet Kartaredjasa) yang berpakaian “nano-nano” serta bidak catur yang berwarna merah dan kuning, yang dimainkan penjaga sel sambil menjaga sang pesakitan, Susila Parna (Susilo Nugroho), yang berpakaian compang camping adalah interpretasi fantasi liar saya yang semoga tidak selamanya benar.

Pak Hakim yang berdandan ala Opa Irama dan berpakain putih itu, menurut saya adalah representasi dari seorang seniman, mendapat sebutan “Raja” ndanxxxx yang begitu tega “menghabisi” karir Inul Daratista dengan beralasan moral. Pakaian putih adalah representasi sebuah partai yang benderanya berwarna putih dan selalu mengatakan dirinya partai yang bersih.

Kepala Keamanan yang berkostum biru, bertugas menjaga keamanan (moral) bangsa, buat saya adalah lambang partai biru, sebuah partai yang digagas oleh tokoh yang disebut reformis.

Ibu Jaksa yang diperankan dengan sangat bagus oleh Whani Dharmawan, menjadi simbol yang mengajak kongkalikong antara jaksa, pengacara dan hakim. Dan warna merah yang menjadi kostum sang bu Jaksa, saya interpretasikan sebagai warna dasar sebuah partai, yang kuat dalam melobi dan mengatur segala urusan.

Ibu Pembela yang berpakaian “nano-nano” adalah sebuah simbolisasi “oportunis”, yang awalnya begitu idealis tapi akhirnya “manut” saja (isuk dele sore tempe).

Bidak catur berwarna merah dan kuning yang dimainkan penjaga sel, dimana lakonnya adalah saling menyerang untuk mengalahkan raja, menjadi gambaran betapa partai kuning dan partai merah saling menjegal untuk berebut tahta di negara ini.
Cerita Sidang Susila ini menjadi simbolisasi negara kita dimana para “tokoh” ingin membungkus negara kita menjadi negara yang moralis. Segala sesuatu yang “berbau porno” menurut interpretasi mereka – sementara menurut orang lain tidak – harus diundangkan dan mengikuti apa kata pikiran mereka.

Dialog antara pak Hakim, Bu Jaksa, Bu Pembela dan Penjaga Keamanan, memberikan gambaran yang sangat jelas betapa dunia hukum di negara kita tak lebih dari faktor lobi-lobi untuk memenangkan suatu kepentingan.

Susila Parna, sang pesakitan, harus merelakan diri menjadi korban sebagaimana rakyat yang selalu jadi korban.

Menyaksikan pertunjukan ini, tak boleh sedetikpun kehilangan konsentrasi ucapan yang keluar dari “cangkem” para tokoh karena semua yang terucap adalah apa yang nyata ada di kehidupan bernegara kita dan itu semua mestinya bisa menjadi refleksi bagi para tokoh di negara kita yang sering menampik nalar dalam mendidik bangsanya.

Butet Kartaredjasa, Heru Kesawa Murti, Jaduk Ferianto, Susilo Nugroho, Whani Dharmawan (urut abjad) yang menjadi tokoh sentral dalam cerita ini patut diacungi jempol. Dua jempol saya tujukan khusus kepada Whani Dharmawan yang memerankan bu Jaksa, yang beberapa kali berucap seperti pendeta atau romo dalam berkotbah. Gile benerrrrrr!

“Satu hal yang saya kehilangan dari pementasan teater Gandrik kali ini adalah interaksi dengan penonton yang biasanya porsinya lumayan banyak.” Itulah kesan saya ketika ditanya oleh istrinya Butet Kartaredjasa di balik panggung, sambil membersihkan make-up suaminya, yang tak lagi berkelamin “perempuan” liar setelah pentas selesai dan mendapat tepuk tangan meriah dari penonton.

 

Tuesday, March 4, 2008

DAC Band

 

Pernah dengar grup DAC (Dynamic Action of Chords)? Band ini berasal dari kota Semarang. Pernah menjadi band pembuka ketika pentas Krakatau di Sport Hall Kridosono Yogyakarta tahun 1987an. Waktu itu, Krakatau berformasi lengkap Dwiki Dharmawan, Pra Budi Dharma, Donny Suhendra, Gilang Ramadhan, Indra Lesmana dan Trie Utami.

Penampilan DAC sebagai band pembuka tidaklah mengecewakan. Dengan mengusung genre jazz, permainannya cukup apik juga. Permainan drum Agusta menurut saya, ok punya. Kaset ini direkam pada tahun 1989 dengan Dyah Kutut sebagai guest vocalist.

Di cover kaset, tersebutlah Bp. Alvin Lie sebagai produser. Kala itu, siapa sih yang kenal Alvin Lie, yang sekarang anggota DPR? Tak usah heran, karena Alvin Lie memang pengusaha terkenal di Semarang, anak dari pemilik department store terbesar milik pengusahan local. Menjadi produser kaset tentu bukanlah hal sulit untuk orang sekelas beliau.

Tersebut juga Didik Purnomo sebagai manajer. Nama ini cukup akrab dengan saya. Seakrab nama pengarang lagu Pentas yang menjadi jagoan di album ini pada sisi A nomor 1. Pengarang lagunya adalah Ninda. Lagu nomor 2 berjudul Thinkin’ Of You (Tonight). Lyrics by Alvin Lie & O.G. Ruddyard. Song by Momo.

Kalau betul sang manajer dan pengarang lagu pentas adalah orang yang saya kenal, walah… dunia sempit……. (Kita tunggu saja komentar sang pengarang lagu, kalau-kalau dia mampir ke mp ini)

Sudah lama saya mencari kaset ini. Dan baru sekarang dapet. Lagu akan di upload kalo computer sudah sembuh karena masih nunggu antibiotiknya bekerja………….

 

Monday, March 3, 2008

{tontonan} Sidang Susila - press release untuk pertunjukan di Yogya

 

Press Release ini saya dapatkan dari Butet Kartaredjasa untuk nambahi posting saya sebelumnya

“SIDANG SUSILA” tontonan 17 tahun ke atas:
Teater Gandrik Menggelitik dengan Cerdik


TEATER GANDRIK manggung lagi! Tentu ini kabar gembira, mengingat cukup lama kelompok teater asal Yogyakarta itu tak menggelar repertoar. Teater Gandrik rupanya ingin muncul dengan energi baru. Karena itulah, pada pentas came back-nya kali ini Teater Gandrik mengangkat naskah karya Ayu Utami dan Agus Noor. Kerjasama dua penulis ini sudah tentu menjanjikan keunikan tersendiri.
 
Sebelumnya, lakon Sidang Susila ini dimainkan Teater Gandrik di Taman Ismail Marzuki Jakarta, dan mendapat sambutan hangat publik Jakarta. Ini ditandai dengan terjual habisnya tiket pentas, sold out, dua hari sebelum pementasan. Magnet Teater Gandrik yang didukung aktor Butet Kartaredjasa, Susilo “Den Baguse Ngarso” Nugroho, Whani Dharmawan, Djaduk Ferianto, Heru Kesawa Murti ini, rupanya cukup menyedot minat penonton Jakarta yang memang merindukan penampilan kembali kelompok teater asal Yogyakarta ini. Bahkan, dalam pementasn di TIM lalu, penonton rela duduk di anak tangga dengan membayar tiket Rp. 75.000,- sementara di tangan calo tiket melonjak harganya sampai Rp. 400.000,-.

Lakon tersebut akan dipentaskan di Yogyakarta pada Tanggal, 7-8 Maret 2008, Pukul: 20.00 WIB di Concert HallTaman Budaya Yogyakarta. Dengan harga tiket : Rp. 100.000,- Rp. 75.000,- Rp. 50.000,- Rp. 30.000,-

Nur Zulita, pimpinan produksi, mengharapkan penonton yang berminat menyaksikan pertunjukan Sidang Susila ini agar memesan tiket pertunjukan jauh hari sebelumnya. “Ini untuk mengantisipasi supaya tiket tidak jatuh di tangan calo. Kami tidak ingin penonton terkena imbas harga tiket yang melonjak bila sudah dikuasai calo. Belajar dari kasus di Jakarta, kami sudah mengambil beberapa langkah untuk mengantisipasi itu. Bila penonton sudah memesan tiket lebih dulu, maka mereka akan datang ke tempat pertunjukan dengan tenang, dan yakin bisa mendapatkan tempat duduk. Kebiasaan reservasi tiket seperti ini penting ditumbuhkan di kalangan penonton Jogja, karena yang diuntungkan juga masyarakat penonton itu sendiri."

Adapun tempat pemesanan tiket pertunjukan ada di : Radio Sonora, di ndalem Tejokusuman Jl. Wahid Hasyim (Anna) 0274-450363, Wuri 081328008567, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, (Telp.0274-376394.) dan De’Click Coffee Jl. Dewa Nyoman Oka No. 7 Kotabaru (telp. 0274-6576400).

Lakon Sidang Susila berkisah soal rezim moral dan susila yang menerapkan Undang-Undang Susila sebagai dasar hukum yang mengatur moralitas negara. Ketika Undang-Undang Susila ini ditegakkan, maka segera diburulah orang-orang yang dianggap asusila. Orang-orang yang dituduh menyebarkan pornografi pornoaksi, langsung diringkus. Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu yang besar. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual, ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban.

Naskah lakon Sidang Susila menjadi begitu kuat pada pengadegan dan struktur dramatiknya, sekaligus memiliki kecerdasan pada dialog-dialognya yang satir, ironik dan parodik. “Ini memang naskah lakon pertama yang saya tulis,” ujar Ayu Utami, yang telah menghasilkan novel Saman dan Larung.  “Naskah ini saya tulis karena saya gemes sama perkembangan RUU Pornografi dan Pornoaksi. Semula disiapkan untuk monolog yang rencananya kan dimainkan oleh Butet Kartaredjasa. Tetapi menurut Butet lakon itu akan menarik bila dimainkan oleh Teater Gandrik. Dengan gaya sampakan-nya Gandrik bisa secara cerdik menggelitik penontonnya. Maka naskah itu pun ditulis dan dikembangkan oleh Agus Noor menjadi lakon teater, lengkap dengan struktur dramatik dan kelengkapan dramaturgisnya”.

“Bagi saya, lakon ini adalah upaya untuk mengkritisi soal RUU Pornografi itu. Lagi pula, bagi saya RUU itu sendiri penuh kelucuan, terutama menyangkut logika dan batasan-batasan mereka soal apa yang disebut porno atau tidak. Ini bener-bener konyol! Sangat menarik bila ini diwujudkan dalam lakon teater. Makanya, pada dasarnya lakon Sidang Susila ini adalah lakon komedi. Komedi itu lucu jika terjadi di panggung. Tapi, ingat, dia berbahaya sekali jika terjadi dalam sidang peradilan di kehidupan yang sebenarnya,” tutur Ayu tentang lakon Sidang Susila itu.

Karena tema yang disajikan sangat sensitif dengan isu pornografi dan banyak ungkapan yang bisa dikategorikan “dewasa”, Teater Gandrik memperlakukan pertunjukan ini hanya untuk mereka yang telah berusia tujuh belas tahun ke atas. “Para orang tua disarankan untuk tidak mengajak anak di bawah umur nonton pertunjukan ini. Kalau nekad, ya risiko ditanggung sendiri,” kata pimpinan produksi Nur Zulita.***


 

 

Sunday, March 2, 2008

Prokem Yogya

 

Tergelitik oleh posting mbak Wi, “[curhat] Themi”, yang membuat inyong puyeng, inilah kunci/dasar bahasa Prokem Yogya.

Abjad Bahasa Jawa:
HA     NA      CA      RA       KA
DA     TA       SA      WA      LA
PA     DHA     JA      YA       NYA
MA     GA      BA      THA     NGA

Cara membaca/membuatnya adalah:
Konsonan:
A/HA = PA; PA = A/HA
NA = DHA; DHA = NA
DA = MA; MA = DA
TA = GA; GA = TA
Vocal: disamakan, maksudnya, A ya tetep A, E tetep E, I tetep I, O tetep O, U tetep U

Tapi, kadang juga harus cermat, karena tidak semua dibalik

Contoh:
• MAS = DAB, karena M = D, S = B
• thol gutho = wong tuwo (orang tua)
• dibededi poya ho ho .. artise boho mbak? = disememi ora popo.. artise sopo mbak?
<’di’ nya di sini tidak dibalik. “Bedebi” mestinya “bedhebi”, sehingga diseneni (dimarahi)>
• gedade <mestinya gedhabe - penulis> dab ?? = temane mas?? 
• ... nek themon paru lesgi tho ? = Nek wedok ayu ngebti tho?
<’lesgi’, gua kagak bisa mecahkan sandinya>
• wah...doyan pabu tho dab.................. = wah…. Doyan asu (anjing) tho mas?
• nyothe lagi poya mothik po mbak? = kowe lagi ora dowik po mbak?
(mothik = dowik = duwit = uang)
• pemad <mestinya pemadh> nyaseb, thol guho-gutho lodol nganggo boso prokem... ha..ha..ha... = edam kabeh, wong tuwo-tuwo ngomong nganggo boso prokem..ha..ha..ha...
• bil ngempi boho tape <mestinya thape> mbak ?? = sing ngempi sopo gahe

Meskipun ada aturan baku seperti diatas, implementasinya kadang tidak seperti aturan. Namanya bahasa, rumusnya tidak seperti matematika.

Ungkapan yang akrab tanpa harus membuat saya mengernyitkan dahi adalah:
poya mothik = ora duwe duwit (gak punya uang)
poya hoho = ora popo (gak apa-apa)
themon = wedok (cewek)
hongib = polis (= polisi)
dagadu = matamu
pabu = asu (anjing)


Selanjutnya, silahkan berguru pada mas Cuk, jz12bhp, amaltigunawan, Begawan Kodir, atau yang lain yang menguasai. Bara juda heladag baca……..

Mudah-mudahan, dab Rusma membaca posting ini nyayedha mipa bumap nguha

Wes ah, aku dadi mumet pisan……!!!