Keluarga Cina, khususnya yang tradisional dan berkeyakinan Kong Hu Cu, kebanyakan memuja leluhur mereka dengan menyediakan tempat khusus untuk pemujaan. Di tempat pemujaan ini biasanya terpampang foto leluhur (orangtua atau kakek nenek) yang telah meninggal dunia. Selain foto, terdapat pula lilin dan lampu serta tempat untuk menaruh ‘hio’ (dupa untuk sembayang) dan meja untuk meletakkan sesaji (makanan & minuman).
Tempat pemujaan biasanya diletakkan di salah satu sudut ruangan dengan dipaku pada tembok (jika kecil) atau dibuatkan meja khusus (seperti di kelenteng-kelenteng). Fungsi tempat pemujaan ini adalah meletakkan sesaji yang mereka percayai “dikirim” untuk leluhur mereka yang sudah “pindah alam” agar para leluhur mereka tidak kelaparan” dan masih bisa menikmati makanan & minuman kesukaan mereka semasa hidupnya.
Ritual yang dilakukan keluarga adalah meletakkan sesaji lalu mereka bersembahyang dengan hio. Kemudian mereka meletakkan hio di tempat yang tersedia serta membiarkan hio itu menyala sampai mati dengan sendirinya. Dengan hio yang menyala inilah mereka percaya makanan & minuman tersebut “diantar” ke alam lain.
Baru-baru ini, saya mendapat murid yang kursus secara intensif. Kelas dilangsungkan setiap hari. Orangtuanya selalu menyediakan sncak & minuman (demi alasan kesehatan dan tidak ingin merepotkan, saya selalu minta air putih!). Karena kondisi rumahnya yang menyatu dengan toko, ruang yang dipakai untuk kursus sangatlah apa adanya. Menjadi satu dengan ruang makan, bersebelahan dengan kamar tidur dan “tempat pemujaan leluhur”.
Suatu hari, karena meja makan terisi penuh dengan barang-barang, snack & minuman yang disajikan untuk saya tak lagi dapat ditaruh di meja makan. Pilihan terakhir jatuh pada meja pemujaan.
Apa yang ada di benak saya? Saya makan makanan dan minum minuman yang “ikut dikirim ke alam lain”; saya makan sesaji (yang berarti saya disembayangkan???); apa lagi ya????
Kacau deh………… Saya belum mau menyusul Chrisye dan Taufik Savalas ah! Saya masih ingin berumur panjang.