Iseng-iseng browse detik.com, saya menemukan berita ini: "Kalian Pulanglah Tutup Lubang"
Saya yakin, warga Indonesia yang belajar di luar negeri bukan tak cinta pada negara ini. Tapi, kalau mau pulang ikut memajukan negara tapi kondisi di negaranya begini, kan tak nyaman juga toh?
Mestinya, pemerintah lah yang instrospeksi mengapa warganya tak mau pulang dan ikut membangun negara. Tak usahlah menyalahkan warga negaranya. Mending memperbaiki negara. Kalau negara sudah lebih teratur, manageable, manusiawi, tak usah disuruh pun, pasti mereka dengan senang hati pulang dan ikut memajukan negara ini.
"Lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang" mungkin sudah saatnya diwujudkan dengan tindakan pemerintah yang lebih baik, adil dan memihak pada rakyat. Jangan sekedar menyalahkan warganya.
Bagaimana menurut Anda?
Saya menunggu "hujan emas" di negeri sendiri, mas ...!.
ReplyDeletemending suruh dia (ybs) nutup sendiri aja..hehe
ReplyDeleteEmang gak boleh ya jadi TKI?
ReplyDelete"LUBANG" apa yang ditutup, mas singo?
ReplyDeletesaya juga mauuuuuuuuuuuu
ReplyDeleteitulah hebatnya doi. omdo, nato. giliran dikasih bahan perenungan, bisa ngamuk-ngamuk.....
ReplyDeleteboleh aja. tapi itu lah. malah pemerintah jadi sewot karena yang pinter-pinter gak mau pulang.
ReplyDeletewah, gak tau deh mas Boya. mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang Inul....
ReplyDeleteistilah pejabat memang kadang sulit dimengerti, serba bias
trik lama pemerintah
ReplyDeletemenyalahkan yg laen
pulang terus suruh jadi PNS... gitu? Mending dia di luar sana deh...
ReplyDeleteyah, kalo gitu mendingan aku mbak, kuliahku murah koq, di dalam negri. dan sekarang jadi PNS :P
ReplyDeleteKomentar saya : http://imw85.multiply.com/journal/item/3/Ilmuwan_Indonesia_di_LN_perlu_ke_Baumarkt
ReplyDeleteSerba bias atau "serba bisa" mas ..?!.
ReplyDeleteMungkin maksudnya suruh bayar utang. Ada istilah tutup lubang, gali lobang. Bukannya berarti "cari hutang buat bayar hutang yang lain"...?!.
ReplyDeleteHalah, dulu banyak karyawan IPTN di PHK sampai demo berkali-kali dan tidak ada yang belain. Padahal mereka rata-rata berpendidikan tinggi. Sekarang banyak mantan karyawan IPTN bekerja di Malaysia, jangan heran kalau suatu saat nanti kerajaan ini membangun pabrik pesawat dan sebagian besar karyawannya adalah mantan karyawan IPTN.
ReplyDeleteSaya sih ndak masalahin di LN atau di DN, tapi ketika di LN apa yagn bisa dibantu utk menutup lubang itu :-), jangan cuma ngeluh aja he he he
ReplyDeletedua-duanya, Gung.
ReplyDeletemeluncur ke sana........
ReplyDeleteenak mana sama jadi guru swasta?
ReplyDeletesaya sudah tinggal lebih dari 1/4 abad di luar neger. Sesudah semi pensiun, saya lebih sering mudik. Setiap kali masuk atau kebetulan berbicara dengan sesama orang Indonesia di Indonesia pasti ada pertanyaan sbb. Wah sudah kerasan dan nggak peduli lagi sama negaranya ya? Duluuuuuu saya suka sewot mendengar komentar ini. Sekarang saya cuma bertanya kembali: Jadi menurut Anda lebih baik saya 'memeras negeri sendiri dan foya-foyanya di luar negeri ya?
ReplyDeleteThis is what I do, mungkin saya tidak menutup lubang (whatever it may be), tetapi saya bekerja membanting tulang di negeri orang (alias memeras rejeki di seberang) dan pulang 2-3 minggu (alias membantu sedikit lah, dengan beberbelanja, naik becak/taksi, makan di warung dlsb. Terus terang, akan lebih mudah untuk pergi ke Singpura atau Shentchen untuk berbelanja.
ini kan komentar wong sirik sing pingin ke LN tapi tak mampu?
ReplyDeletefaktanya, di negara sendiri tidak hujan emas tuh?
ini ok punya....
ReplyDeleteRupanya sering orang menggeneralisir kasus tinggal di LN :-) menjadi pilihan kerja di LN...
ReplyDelete