Bagi yang suka dengan penampilan Butet Kartaredjasa, menikmati pementasan Monolog "Sarimin" adalah kerinduan yang harus dilepaskan.
"Sarimin" telah dipentaskan di Jakarta, 14 sd 18 November 2007, pukul 20.00
Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta dan menyusul di Yogyakarta, 26 dan 27 November 2007, pukul 20.00 di Purna Budaya, Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Bulaksumur, UGM, Yogyakarta. Selengkapnya bisa dibaca di sini
Berikut adalah Sinopsis yang saya dapatkan langsung dari Sang Sarimin:
Mungkin pernah suatu hari Anda bertemu Sarimin. Tak sengaja Anda berpapasan dengannya di jalan. Anda melihatnya tengah berjalan dengan seekor monyet di pikulan yang dibawanya. Melihat penampilannya, Anda langsung tahu kalau Sarimin seorang tukang topeng monyet keliling. Anda mungkin malah tak hanya melihatnya sekali. Anda sering melihat Sarimin lalu-lalang. Seperti ada Sarimin di mana-mana. Karena memang begitulah, hampir setiap hari, sepanjang hidupnya, Sarimin selalu keliling keluar masuk kampung. Usianya sudah 54 tahun. Dan selama itu pula nasib membuatnya konsisten menjadi tukang topeng monyet keliling.
Suatu hari, secara tak sengaja, Sarimin menemukan KTP yang tergeletak di pinggir jalan. Entahlah, apakah Sarimin berniat baik atau sekadar spontan, ketika ia akhirnya mengambil KTP itu dan bermaksud mengembalikan pada pemiliknya. Tapi ia buta huruf. Ia tak bisa membaca, KTP siapa itu. Lalu ia merasa kalau lebih baik ia mendatangi kantor polisi untuk menyerahkan KTP yang ditemukannya itu. “Biar nanti Pak Pulisi yang nganter ke pemiliknya,” ujar Sarimin.
Sama sekali Sarimin tak pernah menyangka, bahwa urusan KTP itu tak sesederhana yang dikiranya. Ia sama sekali tak pernah menduga, betapa itu justru merupakan awal perubahan nasibnya. Di kantor polisi, ia dibiarkan menunggu, karena para polisi sibuk mengurus perkara yang lebih besar. Ketika akhirnya seorang Polisi secara tak sengaca melihat Sarimin, dia malah disalahkan: karena dianggap tak cepat-cepat menyerahkan KTP yang ditemukannya itu. Karena ternyata KTP itu adalah KTP Hakim Agung!
Dari sinilah perubahan nasib itu membuat Sarimin mulai menyadari, betapa ia berhadapan dengan sesuatu yang tak sepenuhnya ia fahami. Sesuatu yang bisa membolak-balik nasibnya. Apa yang selama ini ia anggap baik, bisa berbalik salah. Apa yang ia yakini benar, ternyata bisa salah. Karena seperti kata pengacara yang (seharusnya) membelanya, “Karna benar, maka kamu salah!”.
Anda barangkali pernah melihat Sarimin. Pernah mendengar kisahnya. Atau bahkan Anda pernah juga mencicipi menjadi korban hukum, bernasib seperti Sarimin. Tapi adakah Anda (mau) mengingatnya?!
TQ to Butet Kartaredjasa (sampai jumpa di belakang panggung tanggal 26 November 2007, yo dab!)
Sering mengamati, kadang juga mengalami, seperti Sarimin. Sayangnya, kok gak bisa buat apa apa ya?
ReplyDeletekalau gitu, nonton aja, jeng.....
ReplyDelete