Inilah pesan dari mas Jockie untuk para pecinta musik Indonesia. Pesan ini ditulis dan dipajang di toko kaset Popeye, Yogyakarta........
Terima kasih atas coretannya ya Mas.......
Inilah pesan dari mas Jockie untuk para pecinta musik Indonesia. Pesan ini ditulis dan dipajang di toko kaset Popeye, Yogyakarta........
Terima kasih atas coretannya ya Mas.......
Ketika menemani Vina menunggu menemui idolanya, Nidji, beberapa artis penyanyi memasuki lobby tempat Nidji menginap. Di antara para artis itu terlihat Bens Leo, seorang pengamat musik Indonesia terkemuka.
Saya menyapa dan langsung berbicara tentang musik Indonesia. Meskipun tak terlalu lama, tapi ide kreatif mas Bens Leo yang tak perlu diragukan “kesaktian”nya soal urusan musik Indonesia, sungguh di luar dugaan saya.
Beliau berkeinginan terciptanya Museum Musik Indonesia supaya kelak anak cucu kita masih bisa melacak keberadaan dokumentasi musik-musik Indonesia sejak jaman dahulu sampai ke depan.
Ide ini pernah juga disampaikan ke mas Remy Soetansyah, katanya. Sampai sekarang, memang ide ini belum terlaksana. Tapi rasanya, ide ini perlu didukung. Jika nantinya museum ini berdiri, mungkinkah kita akan menjadi bagian dari museum itu dengan menyumbangkan koleksi kaset-kaset Indonesia yang kita miliki? Mengingat, tak jarang hasil karya anak bangsa tak terlacak keberadaannya. Sang artis atau pencipta lagu tak lagi memiliki dokumentasi karyanya. Entah itu draft atau hasil jadi (kaset, PH atau CD).
Harapan untuk melacak dokumentasi itu malah kadang ada pada para kolektor kaset Indonesia. Saya juga melihat, para mp-ers berpotensi untuk ikut menyumbangkan koleksinya untuk membangun museum yang memerlukan fondasi yang kuat. Fondasi tak hanya bahan bangunan tapi juga karya yang selama ini (masih) bisa kita nikmati berupa PH, kaset (bekas) dan discography yang kadang tak tercatat karena bangsa kita memang lemah dalam hal dokumentasi.
Museum tak hanya milik para pejuang negara tapi juga pemusik Indonesia!