Friday, January 11, 2008

Before Death

 

Selama kurang lebih satu bulan, Mami berada di ICU sebelum akhirnya dipanggil Tuhan, ada beberapa gejala yang bisa saya paparkan di sini:

Karena tidak adanya asupan makanan yang masuk, Mami harus didukung oleh infus untuk menggantikan peran makanan. Banyaknya cairan yang masuk ini menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan sehingga mengganggu pernafasan (sesak nafas). Tindakan medis yang dilakukan adalah menyedot cairan itu.

Tekanan darah, Hb, O2 semua naik turun dan dapat dilihat di monitor.

Ketika Hb turun, tindakan medis yang dilakukan adalah transfusi darah untuk menjaga agar menjadi normal.
Tekanan darah lebih sering normal kecuali jika terjadi pendarahan.
02 juga sering normal.

Pernah juga dokter menyarankan untuk memasang alat pacu jantung tapi kami menolak karena selain biaya yang tidak ringan, efeknya lebih banyak efek negatif.

Selama kurang lebih satu bulan itu, hanya 2 atau 3 hari saja Mami tidak membuka mata (sadar), yaitu pada awal masuk ICU.

Secara spiritual, beberapa orang menyarankan agar Mami mau memaafkan orang-orang yang bersalah selama hidupnya. Supaya, jika kehendak Tuhan lain (Mami tidak sembuh), paling tidak Mami sudah rela “berangkat”. Kami juga meminta maaf pada orang-orang jika ada kesalahan yang telah diperbuat oleh Mami agar tidak lagi terjadi ganjalan. Dan, orang-orang yang kami mintai maaf, secara suka rela memaafkan dan ikut berharap Mami sembuh.

Semua tindakan medis yang dilakukan ternyata tidak menyembuhkan Mami dari sakit tapi lebih pada memperpanjang usia. Meskipun semangat untuk bertahan hidupnya bagus (let me say ‘istimewa’), tapi saya percaya toh ada satu titik dimana Mami akhirya pasrah dan dipanggil Tuhan.

We did our best and God did the rest. Tindakan medis yang dilakukan itu membuat saya, tidak begitu percaya pada kesembuhan (kecuali Tuhan berkehendak).

Apa yang dialami Mami kembali muncul di ingatan saya, khususnya beberapa hari belakangan ini dimana mantan orang nomor satu di republik tercinta, mengalami kejadian yang sama dengan Mami.

Saya tak lagi heran dan tak lagi banyak berharap karena telah mengalaminya dengan Mami. Kalau pun beliau masih terus bertahan dan Tuhan belum memanggil, mungkin memang kehendak Tuhan. Mungkin juga, banyak orang belum secara ikhlas memaafkan beliau sehingga jalannya belum lapang.

Dan, kalau memang masih membutuhkan waktu, seberapa lama pun, toh biaya pengobatan – yang saya perkirakan di atas ratusan juta – ditanggung pemerintah. Jatuhnya, rakyat juga yang menanggung biaya tersebut.

Ini sekedar berbagi pengalaman.

No comments:

Post a Comment