Tuesday, February 17, 2009

Malaikat


Ini posting terlambat. Sebuah kisah yang menggelikan sekaligus menjengkelkan dan kurang ajar serta berbau mistis.

Ceritanya, mantan babysitter anak kami yang kecil bernama Tuti, punya hobby pacaran. Klo sudah pacaran, tak ingat waktu. Jam kerja pun diabaikan. Beberapa kali, pacarnya datang pada jam dia bekerja, anak kami belum tidur siang. Sehingga, anak kami ditelantarkan begitu saja.

Suatu ketika, kami mengatakan: "kamu mau pacaran dengan siapapun, bukan urusan kami. Klo ada cowok ngapel, kami tidak keberatan asal pekerjaan dan tanggung jawab kerja tidak diabaikan. Silahkan datang ketika anak sedang tidur siang" (biasanya jam 12 siang - 3 sore)

Dasar lidah tak bertulang! Sudah mengamini aturan kami, dilanggar pula itu aturan

Suatu saat, pacarnya datang pagi hari jam 9. Saya sudah mengingatkan bahwa dia masih punya tanggung jawab kerja. "Sebentar saja koq pak," katanya.

Sudah jam 11, sang pacar yang tak tau aturan itu (melihat kami tak pernah menyapa) belum juga pulang. 3x saya memanggil Tuti untuk masuk ke rumah dan saya minta pacarnya segera pulang karena sebentar lagi jam makan anak kami. Tuti melanjutkan menemui pacarnya selama setengah jam lebih.

Akhirnya saya naik pitam dan berteriak  , "siapa yang harus mengusir pacarmu? kamu atau saya?"

Sang pacar akhirnya pulang dengan sikap kurang ajar. Sepeda motornya dinaiki dengan suara knalpot yang keras.

Mereka sedang bertengkar saat itu. Beberapa hari kemudian, Tuti minta ijin pulang dengan alasan bapaknya mendadak sakit. Saat itu, sebenarnya saya curiga dia pulang karena libur Idul Adha. Dia berjanji akan balik hari Senin. Ternyata, Senin pagi dia mengirim sms ke istri saya dan mengatakan bapaknya meninggal dunia. Innalilahi-wa-inalilahi-rojiun.

Esok harinya (Selasa), dia datang bersama kakaknya dan pamit berhenti kerja dengan alasan harus menjaga ibunya yang sakit-sakitan. Kamipun memberikan amplop berisi sumbangan sekedarnya sambil mengucapkan turut berduka cita pada kakaknya.

Kami harus mencari gantinya. Kemana? Istri saya menelepon babysitter sebelumnya yang bernama Ihnasib untuk meminta tolong mencarikan babysitter yang lain. Istri saya bercerita bahwa Tuti berhenti karena ayahnya meninggal dan harus pulang menjaga ibunya yang sakit-sakitan.

Di luar dugaan, Ihnasib memberitau istri saya bahwa ibu si Tuti tak pernah sakit. Bapak si Tuti pun tidak meninggal dunia.

WHAT???

Apa yang harus kami lakukan? Marah pun percuma. Si Tuti tak lagi bekerja pada kami.

Daripada stress dan marah sendiri, saya mengatakan pada istri:

Singo: "Wah, hebat ya si Tuti?"

Istri: "Apanya yang hebat?"
Singo: "tuh, punya bapak malaikat."
Istri: "Malaikat gimana?"
Singo: "Sudah mati, hidup lagi! Apa di surga kurang nyaman? Buktinya dia balik lagi ke dunia. Orang lain merasa nyaman di surga. Makanya gak ada orang mati yang balik lagi"

Saya gak tau bagaimana hukumnya jika seorang anak mengatakan bapaknya mati demi kepentingan dia sendiri. Dia ingin berhenti bekerja karena memutuskan pacarnya dan menghindar dari sang pacar.

Berdasarkan penelusuran agen CIA, si Tuti tak ada di desanya dan sudah bekerja di tempat lain. Nomor hapenya pun sudah ganti dan tak bisa lagi dihubungi.

Koq bisa ya, membohongi orang lain dengan alasan bapaknya meninggal?

5 comments:

  1. ya... mungkin dia hanya bisa berpikir sempit bahwa alasan itu yg mudah diterima...
    jadi ya... kita terima dengan ikhlas aja... mo gimana lagi..? dah kejadian...

    ReplyDelete
  2. Keliahatannya pernah diposting mas yang ini

    ReplyDelete
  3. Ada baiknya kita jangan menghujat dia, tapi do'akan dia supaya cepet sadar. Memang apa yang dia lakukan sudah kelewatan, tapi mungkin saat itu dia belum tau apa akibat dari perbuatan dia. Semoga aja dia cepet sadar dan tahu kalo perbuatannya sudah termasuk "melewati batas", sehingga ia bisa meminta ma'af sama orang tuanya, dan Yang Maha Kuasa mengampuni dosa-dosanya. Karena tanpa meminta maaf ke orang tuanya, Yang Maha Kuasa tak akan mengampuni dosa-dosanya, dan segala amal ibadahnya akan sia-sia belaka.

    ReplyDelete