Friday, January 1, 2010

Gus Dur (catatan seorang mantan wartawan)


Pagi ini begitu mengejutkan. Saat membuka e-mail, sederetan ucapan memilukan yang terbaca.


"Subyek: Kenangan Manis Gus Dur" bermunculan tanpa henti. Gus Dur atau Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke-4 itu telah dipanggil Tuhan. Saya lemas dan sedih membaca kiriman2 e-mail itu.

Setelah sakit sekian lama, tokoh moderat itu pada akhirnya kembali ke haribaan-Nya. Tentu secara pribadi saya sangat sedih. Bagi saya Gus Dur adalah Guru. Takkan pernah saya lupa betapa Gus Dur membimbing saya. Sejak masih wartawan ingusan hingga saat ini. Ketika beliau masih tinggal di Jagakarsa, hampir tiap malam kami berdiskusi.

Dalam salah satu pertemuan, sampailah kami pada satu kesimpulan yang "sedikit" terbalik. Gus Dur dengan penuh keyakinan mengatakan bahwa pola pikir saya adalah Islam dengan I dalam huruf besar. "Sampeyan itu Islam, mBak," kata Gus Dur. "Nah, Islam yang bener itu ya kaya sampeyan itu," begitu beliau meyakinkan saya waktu itu.

Sebaliknya saya pun ngeyel dan mengatakan, "Tidak, Cak. Pola pikir sampeyen itu yang Kristen. Jadi sampeyan sebenarnya orang Kristen yang bergelar Kiai." Dan kami pun tertawa tergelak-gelak.

Keakraban itu kami bawa sampai Gus Dur pada akhirnya menjadi Presiden RI yang ke-4. Beliau adalah satu-satunya Presiden yang tidak berkenan saya panggil dengan sebutan "Presiden". "Sampeyan ndak usah manggil saya Presiden, mBak," katanya. "La terus aku kudu piye?" jawab saya. "Cak, yo, Cak ae," begitu jawab beliau. Sangat ringan dan santai. Alhasil terpaksalah saya menyebut beliau "Cak Presiden"

Dan, sebelum kenangan manis sekaligus memilukan itu pudar dari ingatan dan hati saya, kembali sore ini saya dikejutkan dengan berita kesedihan lain. "Bapak Frans Seda telah berpulang... "

Kawan, mari kita meluangkan waktu sejenak untuk memanjatkan doa bagi dua tokoh besar bangsa ini. Semoga kepergian mereka menjadi pembuka jalan yang lebih baik bagi Indonesia tercinta. Amin.


Catatan:
Tulisan ini adalah catatan teman saya, seorang mantan wartawan, yang sekarang tinggal di negeri nan jauh. Dia tak memiliki akun multiply. Catatan ini disampaikan via milis dimana kita bergabung dan sudah mendapat persetujuan untuk diposting di sini.

foto di ambil dari sini

4 comments:

  1. jd makin terharu.. smga jejak pemikiran dan sikap beliau tetap terpelihara

    ReplyDelete
  2. dan semoga orang-orang, khususnya elit politik, yang mengatakan Gus Dur patut dicontoh, tidak hanya berhenti di bibir saja, tapi juga melakukan hal yang sama dengan Gus Dur.

    ReplyDelete
  3. seseorang yang mengajarkan saya *walau gak kenal* menerima perbedaan bukan sekedar di mulut tapi juga dari perilaku.
    tfr om.

    ReplyDelete
  4. inilah yang membedakan Gus Dur dan politisi lain.

    ReplyDelete