Monday, March 3, 2008

{tontonan} Sidang Susila - press release untuk pertunjukan di Yogya

 

Press Release ini saya dapatkan dari Butet Kartaredjasa untuk nambahi posting saya sebelumnya

“SIDANG SUSILA” tontonan 17 tahun ke atas:
Teater Gandrik Menggelitik dengan Cerdik


TEATER GANDRIK manggung lagi! Tentu ini kabar gembira, mengingat cukup lama kelompok teater asal Yogyakarta itu tak menggelar repertoar. Teater Gandrik rupanya ingin muncul dengan energi baru. Karena itulah, pada pentas came back-nya kali ini Teater Gandrik mengangkat naskah karya Ayu Utami dan Agus Noor. Kerjasama dua penulis ini sudah tentu menjanjikan keunikan tersendiri.
 
Sebelumnya, lakon Sidang Susila ini dimainkan Teater Gandrik di Taman Ismail Marzuki Jakarta, dan mendapat sambutan hangat publik Jakarta. Ini ditandai dengan terjual habisnya tiket pentas, sold out, dua hari sebelum pementasan. Magnet Teater Gandrik yang didukung aktor Butet Kartaredjasa, Susilo “Den Baguse Ngarso” Nugroho, Whani Dharmawan, Djaduk Ferianto, Heru Kesawa Murti ini, rupanya cukup menyedot minat penonton Jakarta yang memang merindukan penampilan kembali kelompok teater asal Yogyakarta ini. Bahkan, dalam pementasn di TIM lalu, penonton rela duduk di anak tangga dengan membayar tiket Rp. 75.000,- sementara di tangan calo tiket melonjak harganya sampai Rp. 400.000,-.

Lakon tersebut akan dipentaskan di Yogyakarta pada Tanggal, 7-8 Maret 2008, Pukul: 20.00 WIB di Concert HallTaman Budaya Yogyakarta. Dengan harga tiket : Rp. 100.000,- Rp. 75.000,- Rp. 50.000,- Rp. 30.000,-

Nur Zulita, pimpinan produksi, mengharapkan penonton yang berminat menyaksikan pertunjukan Sidang Susila ini agar memesan tiket pertunjukan jauh hari sebelumnya. “Ini untuk mengantisipasi supaya tiket tidak jatuh di tangan calo. Kami tidak ingin penonton terkena imbas harga tiket yang melonjak bila sudah dikuasai calo. Belajar dari kasus di Jakarta, kami sudah mengambil beberapa langkah untuk mengantisipasi itu. Bila penonton sudah memesan tiket lebih dulu, maka mereka akan datang ke tempat pertunjukan dengan tenang, dan yakin bisa mendapatkan tempat duduk. Kebiasaan reservasi tiket seperti ini penting ditumbuhkan di kalangan penonton Jogja, karena yang diuntungkan juga masyarakat penonton itu sendiri."

Adapun tempat pemesanan tiket pertunjukan ada di : Radio Sonora, di ndalem Tejokusuman Jl. Wahid Hasyim (Anna) 0274-450363, Wuri 081328008567, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, (Telp.0274-376394.) dan De’Click Coffee Jl. Dewa Nyoman Oka No. 7 Kotabaru (telp. 0274-6576400).

Lakon Sidang Susila berkisah soal rezim moral dan susila yang menerapkan Undang-Undang Susila sebagai dasar hukum yang mengatur moralitas negara. Ketika Undang-Undang Susila ini ditegakkan, maka segera diburulah orang-orang yang dianggap asusila. Orang-orang yang dituduh menyebarkan pornografi pornoaksi, langsung diringkus. Bahkan, orang-orang yang dianggap menyimpan pikiran-pikiran mesum pun ditangkapi. Salah satu yang ditangkap dan menjadi pesakitan itu adalah Susila Parna, seorang penjual mainan berbadan gendut dengan susu yang besar. Dia dituduh mempertontonkan tubuhnya yang sensual, ketika ia membuka baju karena kepanasan sehabis ikut tayuban.

Naskah lakon Sidang Susila menjadi begitu kuat pada pengadegan dan struktur dramatiknya, sekaligus memiliki kecerdasan pada dialog-dialognya yang satir, ironik dan parodik. “Ini memang naskah lakon pertama yang saya tulis,” ujar Ayu Utami, yang telah menghasilkan novel Saman dan Larung.  “Naskah ini saya tulis karena saya gemes sama perkembangan RUU Pornografi dan Pornoaksi. Semula disiapkan untuk monolog yang rencananya kan dimainkan oleh Butet Kartaredjasa. Tetapi menurut Butet lakon itu akan menarik bila dimainkan oleh Teater Gandrik. Dengan gaya sampakan-nya Gandrik bisa secara cerdik menggelitik penontonnya. Maka naskah itu pun ditulis dan dikembangkan oleh Agus Noor menjadi lakon teater, lengkap dengan struktur dramatik dan kelengkapan dramaturgisnya”.

“Bagi saya, lakon ini adalah upaya untuk mengkritisi soal RUU Pornografi itu. Lagi pula, bagi saya RUU itu sendiri penuh kelucuan, terutama menyangkut logika dan batasan-batasan mereka soal apa yang disebut porno atau tidak. Ini bener-bener konyol! Sangat menarik bila ini diwujudkan dalam lakon teater. Makanya, pada dasarnya lakon Sidang Susila ini adalah lakon komedi. Komedi itu lucu jika terjadi di panggung. Tapi, ingat, dia berbahaya sekali jika terjadi dalam sidang peradilan di kehidupan yang sebenarnya,” tutur Ayu tentang lakon Sidang Susila itu.

Karena tema yang disajikan sangat sensitif dengan isu pornografi dan banyak ungkapan yang bisa dikategorikan “dewasa”, Teater Gandrik memperlakukan pertunjukan ini hanya untuk mereka yang telah berusia tujuh belas tahun ke atas. “Para orang tua disarankan untuk tidak mengajak anak di bawah umur nonton pertunjukan ini. Kalau nekad, ya risiko ditanggung sendiri,” kata pimpinan produksi Nur Zulita.***


 

 

4 comments:

  1. saya sudah janjian nonton dengan teman tanggal 7 Maret. Don't miss it!

    ReplyDelete
  2. Sippp... Aku jan jane luwih manteb nonton neng Jogja, soale mesti gayeng banget. Di jakarta gak begitu gayeng soale basa jawanya tidak los banget. Ning ra iso mulih ;((

    ReplyDelete
  3. nonton maneh, dab. dipaksakan pulang aja............

    ReplyDelete
  4. Kalau ada yang membootlegkan, tentu dinanti

    ReplyDelete