Minggu lalu, murid privat saya minta diajari Direct Indirect Speech (Kalimat Langung dan Tak Langsung) karena dia akan ulangan.
Setelah ulangan, saya tanya hasilnya untuk saya evaluasi. Dia mendapat 8 (tertinggi di kelas) . Hampir semua temannya remedy.
Saya ingin tau dimana kesalahan dia. Ini jawaban dia yang disalahkan:
My teacher told me "I am going to give a test."
jawaban murid saya:
My teacher told me that he was going to give a test.
Jawaban itu disalahkan. Menurut gurunya, 'he' salah. seharusnya 'she'.
Murid saya tanya: "lho pak, kan jenis kelamin teacher tak diketahui? Boleh donk dianggap laki-laki?" (saya memang mengajarkan begitu: klo tak diketahui jenis kelamin, boleh pakai 'he' atau 'she')
Gurunya beralasan: "pada umumnya, guru itu perempuan"
Lha??? sang guru sendiri laki-laki??? Gimana nih???
mau tak mau, murid saya harus menerima nasibnya, jawaban tetap salah dan dia ditakdirkan dapat 8.
Ini sekelumit contoh betapa banyak guru di sekolah yang "mau menang sendiri". Tak pernah mempertimbangkan nalar benar yang diajukan oleh muridnya. Ini banyak sekali terjadi. Anak saya pernah menjadi korban keangkuhan gurunya.
Waktu itu, pada ulangan Sains, ada pertanyaan: "Ikan berkembang biak dengan cara ......"
anak saya menjawab "beranak" dan disalahkan. Jawaban sang guru: "bertelur"
Anak saya menjawab "beranak" karena ikan di rumah kami memang beranak tanpa bertelur lebih dahulu. Kebenaran jawaban anak saya yang didapatnya dari proses "experiential learning" tetap tak ada artinya buat sang guru.
Kalau banyak guru seperti ini, bagaimana anak didik tidak belajar "ngeyel"???
Memprihatinkan!!!
BANTAI GURUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU
ReplyDeletelah iku contone wis nyauti... :D
ReplyDeleteyang mana? siapa? (ini contoh ngeyel ya?)
ReplyDeleteguru kencing sendiri , murid rame2 dikencingi hi hi hi
ReplyDeletemungkin malu kali mas mengakui kesalahan didepan murid :)
ReplyDeleteih... punya pak guru sudah bisa berdiri sendiri!
ReplyDeletewakakakakak......
inilah yang harus dihilangkan. klo memang salah ngakuin aja, murid akan lebih respek.
ReplyDeleteitu pengalaman saya lho.....
pak gurunya udah 'taneg lan wareg' (habis buko) makanya udah bisa berdiri sendiri hihihi
ReplyDeleteklo gak bisa berdiri sendiri... minta tolong suster (ngesot!)
ReplyDeletekan nanti sama suster diajak duduk (di kursi roda geto lho.......) :))
pak guru berpikir 'anak sekarang' masih pada bodoh semua , anak jaman dulu lebih pinter semua . makanya nggak mau ngalah mas :)
ReplyDeletePasti pak guru dulu lulusan P4 , dapat penghargaan guru teladan .
gurunya 'lucu' dan 'menggemaskan' ......
ReplyDeletememang masalah mentalitas itu sulit ngobatinya ya mas?
ReplyDeletesilahkan terus berkomentar.... aku mau sign out dulu. ada makan gratis di rumah teman (slametan rumah baru!)
ReplyDeleteitu yg sering saya katakan , orang tuanya banyakan yang "bolot" . Anak mudanya terlanjur jadi 'ngeyel' .
ReplyDeleteaku meluuuu
ReplyDeleteAduhh... masih ada ya guru model gitu. AKu sih juga guru, meskipun gak full time lagi. Jadi gak ada cerita kalo guru itu harus lebih pinter atau lebih bener daripada murid, cuma sebagai guru, kita tau dan udah nguasai materi yang diajarin lebih awal daripada mereka. Mengaku salah di depan murid boleh, asal jangan kalah pamor :P
ReplyDeletekenapa ya kok masih banyak yang berpikiran kolot seperti itu
ReplyDeleteWah.. jangan salahkan profesi guru...
ReplyDeleteItu hanya oknum saja yang kebetulan berprofesi guru :D
ReplyDeletepak guru....yang ini apa namanya...???
*oma irama mode on*
Ya begitulah sifat guru pada kebanyakan, tak sudi mengakui kesalahannya di depan anak muridnya. But excepting for Mr. Singo xixixi
ReplyDeleteHmmm rupanya dari zaman dulu sampai sekarang... masih sama azja....
ReplyDeleteini pengalamanku sendiri.....---> ngga pernah ada testing.... tapi di rapor dapat angka "5" ?
how come?!! itulah guru Indonesia!
hidup ngeyel. Ngeyel itu ada positive ya lho Pak Singo. Kalau gak percaya, tanya Dewi Persik deh..................
ReplyDeletehehehe jadi inget wiby laporan kalo dia disalahin mbaca cycling = saykling... bacanya sikling jare gurune ... dekne takon aku... lha aku mbiyen ngertine diwocone saykling koq saiki genti sikling tha?
ReplyDeleteBetulkah anak didik sekarang berani "ngeyel" (defending his/her opinion)? Yang saya lihat kok ndak begitu ya? Justru ini yang memprihatinkan.
ReplyDeletetapi lebih banyak yang begini, mas. makanya jadi gak bisa maju. :(
ReplyDeletemi do do sol do do mi......
ReplyDeleteah sok tau..... :)
ReplyDeletepak Sugeng atau pak Imam??? :))
ReplyDeletesaya setuju..... paling tidak... berani berpendapat. tapi klo yang dieyel salah namun merasa benar....
ReplyDeleteini yang bahaya.... :)
jawabnya: tanyakan pada Saiful....... :)
ReplyDeletesikling itu kata dasarnya bisikel ya?
ReplyDeletesoalnya.... gurunya gak mau dieyel. padahal, ngeyel artinya kritis, berlatih mencari kebenaran.....
ReplyDeletekayanya gitu. gue sempet ampir cari kamus... mau liat cr nyebutnya gimana... untung inget dimana2 sih bilangnya saykling deh:(( ama baysikel
ReplyDeletebaysikel itu, menurut gurunya menulisnya gini: buy cycle :))
ReplyDeleteEhhehehhe bukan! saat di SMPK.... karena kejadian yang bener2 lucu dan nonsense... makan sampai detik ini aku masih inget...
ReplyDeletemungkin gini kali yak om, makana pake 'she'... dengan kata lain guruna gak gentle buat mengakui kekeliruan turun temurun... dan guruna gak berkutik untuk tetap memegang teguh 'prinsip berfikir' yang keliru [pasrah, suatu sikap kebanyakan perempuan / she]...
ReplyDeletebener gak yak su'udzhonnya sayah inih, om??
guru yang kayak gene mungkin belum dapat kabar berita klo sekarang tu gak cuman pake istilah "mengajar" di dalam kelas tapi "belajar mengajar". Tidak menutup kemungkinan guru juga belajar sesuatu dari muridnya (pastilah...), jadi gak melulu jadi "one man show". Klo kasus di artikel pak Singo sey, ni contoh guru-nya gak siap dgn profesi-nya, hehe... dan pastinya banyak alasan yg bikin mrk gak siap.. bisa jadi satu artikel lagi neh... lanjut pak Singo.. Tetap semangat!!!!
ReplyDeletedigugu lan ditiru
ReplyDeletegurune di datengi wae, nek tetep ngeyel diantemi....
ReplyDeletemungkin belum sampai bab ikan beranak..masih ikan bertelur..pak Singo
ReplyDeletekandakke bu Ris wae po? :))
ReplyDeletemungkin juga.
ReplyDeleteharusnya membuat soal itu lebih jelas. Misalnya, ikan Mujahir atau ikan Arowana berkembang biak dengan cara ..........
klo sdh gitu.... kan jawabannya lebih pasti. :)
yang ini kang, wagu tur saruuuuuuuuuuuu :)
ReplyDeleteada sih keinginan mengkritisi sikap guru seperti itu... tapi.... nanti saya dianggap nyleneh.. :)
ReplyDeletesopo yo? aku koq lali guru bhs indo di SMPK. mungkin Gan lebih ingat.
ReplyDeleteyang aku ingat di SMPK, bu Kus Fisika (galak banget!).
Pak Pesik Pajouw (di kelas cerita terus gak pernah ngajar)
pak Mul (sejarah), superbusa
pak Sarman, guru ketrampilan yang tinggi itu.... :)
inilah yang memprihatinkan....
ReplyDeleteBagi guru hanya ada 2 aturan yg wajib ditaati oleh siswa:
ReplyDeleteAturan 1: Guru tidak pernah salah.
Aturan 2: Bila guru salah, lihat aturan 1.
lho kong kayak the King dan Customer? :(
ReplyDeleteGurunya kayaq gini... gimana anak didiknya lagi? makanya negara kita ngga pernah maju deh
ReplyDeleteanak didiknya yang privat sama saya ya baik :) (narcist.com)
ReplyDeletesaya ajarin, klo sama guru di sekolah, turutin aja kemauannya
klo mau cari yang benar, kita buktikan pake referensi buku para ahli......
ya kita harus selalu kritis. lambat laun pasti ada kemajuan. Harus tetep optimis! :)
ReplyDeletekulo nuwun...nderek tepang pak singo...
ReplyDeletekirain aku aja yang ngalamin seperti tulisan ini...
anak sih masih SD, beberapa soal emang kadang bisa banyak jawaban, tapi ya itu kok ya gurunya yang nggak memperbolehkan siswa berpikir lebih kreatif ....
mudahan nggak semua guru yah? kasihan anak-anak...nanti tahunya cuman "ndlujur aja" kudu persis buku....