Friday, May 23, 2008

Hati-hati dengan Nokia

 

 

Keponakan saya sms (mungkin sambil mewek-mewek):
“Om, N70 ME ku rusak srg hang, kdg nyala trs mati sdri. Dibw ke salah satu NPC di Surabaya ktnya IC nya rusak & biayanya 800rb. Gimana nih?”

Gila!!! Klo kondisi normal, harga second kira-kira 1,7 juta. Harga jual kira-kira 1,4. Dipotong ongkos 800rb. Nilainya tinggal 600rb doank?
Kakak saya mengurusnya sudah hampir satu minggu. Itu saja oleh petugas NPC (Nokia Profesional Center) diulur-ulur. Dan kena pembatalan biaya 25ribu plus data di hape hilang  

Karena kakak saya gak ngerti dunia hape, akhirnya dikirim ke saya untuk diurus. Saya masukkan ke tempat servis umum. 2 hari kemudian saya ambil dan biayanya CUMA SERATUS RIBU RUPIAH SAJA!!! Koq beda jauh ya?
Saya tanya kerusakannya, cuma kerusakan software. Koq di NPC yang servis resmi begitu dibilang IC-nya yang rusak? Kalo IC (hardware) yang rusak, gak bisa nyala donk?

Saya sudah beberapa kali berhadapan Nokia. Dan, jika berurusan dengan Nokia, yang muncul hanyalah kejengkelan, amarah dan aura negatif yang keluar.
Pertama, ketika masih pakai 6210 beberapa tahun yang lalu. Ketika akan servis, petugas counter menuduh bahwa saya pernah membuka segelnya. Dengan demikian, saya dikenai biaya lebih tinggi. Demi Tuhan, saya kan bukan tukang? Saya curiga itu diucapkan karena hape itu dibeli bukan dari distributor Bima Sakti.  Nokia memiliki beberapa distributor: Bima Sakti [yang punya NPC], Trikomsel [OK Shop], Parastar [Sentra Ponsel), dan Erajaya [Erafone]. Setelah itu, kalo beli hape Nokia, saya selalu minta yang distributornya Bima Sakti biar gak dipersulit klo servis. Selesai sampai di situ? Nggak!
Kedua, saya beli 1208. Charger nya rusak. Karena masih dalam masa garansi, saya claim. Untuk claim charger saja, saya harus menunggu antrian dan bertengkar dan menyia-nyiakan waktu 1 jam tanpa hasil. Proses claim harus menyertakan hape nya. Itu pun harus menunggu 1 bulan untuk ke Jakarta. O’ON banget ya pegawainya? Jelas-jelas charger nya yang rusak koq hape nya harus ikut serta? Terus, saya komunikasi pake apa? Dipinjemin juga enggak!
Ada lagi teman bercerita. Hape nya rusak. Dibawa ke NPC, ternyata biayanya tinggi. Ada spare part yang harus diganti. Gak jadi servis. Lalu, oleh temannya mau dibeli untuk dikanibal dengan hape yang lain. Setelah dibuka, ternyata salah satu suku cadangnya sudah diganti (sirkuit tak lagi mulus, ada bekas penggantian). Walah???


Apa benar policy dari perusahaan Nokia, sebuah perusahaan alat komunikasi besar sebagai market leader di Indonesia, sedemikian jahatnya? Bahwa setiap kerusakan kecil dibilang kerusakan besar dan harus ganti suku cadang? Sempat cross check dengan mantan pegawai Nokia, kecurangan dilakukan oleh “oknum” karena kerja di Nokia gajinya kecil sehingga “oknum” memanfaatkan celah yang ada untuk menambah penghasilan.

Kalau demikian, apa tak mempengaruhi nama besar Nokia? Embuh! Toh, pernah juga saya mengirim email ke pusatnya, tak mendapat tanggapan. Mungkin – sekali lagi mungkin – buat Nokia (dan pegawainya) semboyan yang ditanamkan adalah “Company Satisfaction, not Customer Satisfaction”.

Satu-satunya alasan saya masih pake Nokia adalah saya tak mau jempol saya bengkak hanya karena mengetik data nama dan nomor teman-teman di hape dengan merk lain. Coba kalau merk lain bisa membaca data di hape Nokia dan bisa synchronize, mungkin saya sudah “Pindah Ke Lain Hati”. Sejauh ini, “Pindah Ke Lain Hati” terjadi karena hape dikasih gratis. So what geto lho?

14 comments:


  1. ...turut berDuka cita...

    untung saya gak punya hape!!!
    :p

    ReplyDelete
  2. N70 istri saya juga tiba-tiba hilang datanya. Waktu itu malah sudah pernah saya upgrade ROMnya sendiri.
    Disync ke MS Outlook pakai Nokia PC Suite, kemudian hp merek lain tinggal disync ke MS Outlook. Gampang dab

    ReplyDelete
  3. Saya kira hal seperti ini hanya terjadi di Indonesia, dan mungkin bukan cuma Nokia saja yg begitu, karena kemungkinan besar yang bermasalah memang manusianya, bukan policy perusahaannya.

    ReplyDelete
  4. Makanya, seperti saya saja, beli Nokia sing paling
    murah, bolak balik jatuh, tidak rusak rusak. Kalau
    sampai rusak, ya dibuang aja, lha paling murah.
    Screennya black and white color.

    ReplyDelete
  5. horeee nokia gue dua2nya nokia jadul yang anti maling, anti virus, anti apa lagi deh, sebut aja. Yg paling tua malah udah jatuh cerai berai dirangkai lagi ama satpam tempat counter HP di deketnya PIM masih bisa idup... hehehe dan malah lebih empuk dari yang baru'an dikit sih

    ReplyDelete
  6. tapi klo perusahaan sudah dikritik dan tak ada perubahan, apa itu bukan namanya "ndableg"?
    harusnya perusahaan juga introspeksi. kalau enggak, ya kucing2an terus donk. cari siapa yang salah (lingkaran setan!)

    ReplyDelete
  7. wah, kurang gaul, kong!
    kita kan harus kritis juga. yang maling2 begini harus diberantas!

    ReplyDelete
  8. empuk mana sama pembalut? :)))))

    ReplyDelete
  9. Di Kompas minggu lalu ada iklan hp merek Indonesia dual sim cards hanya 549.000 saja.... Ngiler juga nih

    ReplyDelete
  10. ora wani, dab. saya nek tuku hape, selalu memikirkan after sales service dan nilai jual yang reasonable.

    ReplyDelete
  11. Kalau harga 550 ribu, kalau rusak ya ganti. Kalau hp mahal, baru mikir after sales service

    ReplyDelete