Saturday, May 17, 2008

Sowan Butet Kartaredjasa





Andai saja waktu tak ada batasnya, berbicara dengan Butet Kartaredjasa akan berakhir ketika waktu sudah tak lagi berlanjut alias kiamat. Kami bisa berbicara apa saja. Mulai dari kehidupan yang universal, seni, marketing, pendidikan, masalah pribadi dan juga ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya (ipoleksosbud) serta pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas).

Sejak Butet jadi “presiden”, menemuinya bukanlah hal mudah. Bukan karena protokoler yang diterapkan tapi lebih karena padatnya jadwal “ngamen”-nya. Saya beruntung bisa mencuri sedikit waktunya. Ketika berkunjung kesana, saya biasanya membawa “upeti” (judul lakon Teater Gandrik tahun 1990) berupa rokok marjinal yang menjadi koleksinya. Koleksi rokoknya telah menjadi bahan tulisan di koran KOMPAS sebanyak 3 kali. Setiap tampil selalu satu halaman penuh!
.... pindahkan sejenak ke Halaman Foto nDalem Kartaredjasa(n)? di sini

Butet tak pernah pelit membagikan kisah suksesnya. Bagaimana dia memulai karirnya sejak pernikahan dininya dengan gadis (waktu itu) cantik dari seberang laut. Butet pernah merasakan menulis pake mesin ketik jedak jedok dan bayarannya ditransfer lewat wesel pos (masih ada gak ya?) dan sampai sekarang menjadi pengisi kolom tetap di sebuah surat kabar. Diminta menulis di sana sini berkat tulisannya yang berciri agak urakan namun kadang filosofis (meskipun Butet tak pernah menjadi mahasiswa fakultas filsafat).

Kami juga bicara tentang rokok koleksinya yang dia simpan sangat rapi dan dibuatkan lemari khusus.
Silahkan ke Halaman Foto Koleksi Rokok Butet Kartaredjasa di sini

Pembicaraan kami terhenti sejenak karena ada beberapa mahasiswa akademi disain yang ditugasi dosennya untuk memotret Butet sebagai bahan tugas fotografi dengan tema profil. Butet yang tak pernah menempatkan diri “lebih tinggi” terhadap siapa pun (bahkan kepada mahasiswa yang masih kinyis-kinyis) menyambut para mahasiswa itu dengan hangat serta mempersilahkan mereka melakukan tugasnya.

Meskipun seorang artis (bukan celeb), Butet tak keberatan untuk diminta berpose sesuai keinginan para mahasiswa itu. Keramahan Butet ini lah – menurut saya – membuat para mahasiswa itu menjadi sungkan dan agak gak pede memotret Butet.
.... pindahkan sejenak ke Halaman Foto nDalem Kartaredjasa(n)? paragraf 2 di sini

Ketika jarum jam dan arloji sudah menunjukkan 13.30, saya harus mengakhiri kunjungan inspiratif ini. Andai saja waktu tak ada batasnya, saya akan terus berada di sana untuk menggali lebih dalam ilmu dari seorang guru. Guru yang ini adalah digugu lan ditiru (didengarkan dan ditirukan tingkah lakunya) dan sekali-sekali ora wagu tapi saru (pol!)

3 comments:

  1. wah, kowe ning endi wae, dab? foto2mu wis tak wenehke. Butet langsung sms dirimu. begitu juga diriku. ora tekan. di(pen)telpon yo ora keno.
    dvd SS durung dadi......

    ReplyDelete
  2. owalah, aku neng halmahera selatan, karena xl tidak bekerja di sana ya aku ganti make simpati untuk sementara... berarti mbalik yo? Sori dab... hehehe... mengko bengi nonton ramayana...;)) nuwun...

    ReplyDelete